Selasa, 05 Juni 2012

Warga: Ini soal Nilai Sejarah

Di balik penolakan terhadap rencana penertiban rumah negara (rumah dinas) yang akan dilakukan Danlantamal III-TNI AL di kompleks TNI AL Radio Dalam, Kelurahan Gandaria Utara, Kecamatan Kebayoran Jakarta Selatan, ada kisah haru yang diceritakan seorang warga.

“Tiga puluh tahun lebih saya menempati rumah di kompleks ini. Saat masih pakai bilik (gedek) sampai ke tembok seperti sekarang. Ayah saya pergi berperang dan kami menjaga rumah ini," jelas Ibu D (nama jelas disamarkan), kepada Gatranews, Senin (6/6).

Ibu D menilai, penolakan warga terhadap rencana penertiban rumah ini bukan soal berapa ganti rugi yang cocok untuk dibayarkan, melainkan soal nilai sejarah rumah ini.

“Bukan Rp 50 juta yang saya soal, tetapi nilai sejarahnya. Di rumah masih ada piagam penghargaan ayah, bintang penghargaan. Dan saat ayah meninggal dimakamkan di TMP Kalibata. Masa negara menghargai jasa ayah seperti ini? Ada nilai sejarah yang saya perjuangkan di sini," ungkap Ibu D.

Mengenai rumah-rumah lainnya, Ibu D menjelaskan bahwa satu rumah tidak hanya dihuni oleh satu keluarga, melainkan bisa beberapa keluarga. “Masa mereka di usir juga, uang penggnti Rp 50 juta itu mampu melengkapi apa?" tegasnya.

Sebagaimana diberitakan, Senin (6/6), Danlantamal III-TNI AL akan menertibkan rumah negara TNI AL di kelurahan Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berdasarkan keterangan warga, sebanyak 10 truk tronton disiapkan untuk eksekusi tersebut. Namun demikian, warga tetap mengupayakan dialog persuasif, guna mencari solusi dari masalah ini. [WFz]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar