Selasa, 05 Juni 2012

Tewas Lagi Suporter Sepak Bola

BARU pekan lalu kita menyaksikan peristiwa yang mengenaskan ketika tiga penonton sepak bola tewas saat hendak menyaksikan pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung, musibah yang sama kembali terjadi di Surabaya. Seorang penonton tewas ketika kemarin terjadi kerusuhan pada pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Persija Jakarta.

Dua musibah yang terjadi secara beruntun itu seharusnya menghardik kesadaran kita akan ada yang keliru dalam sepak bola kita. Bagaimana sepak bola yang seharusnya menjadi ajang hiburan, justru menjadi ajang yang mematikan.

Kita tidak cukup hanya mengatakan musibah itu sebagai sebuah kasus. Kematian penonton sepak bola bukan baru terjadi dua kali ini saja. Sudah beberapa kali musibah seperti ini terjadi, tetapi tidak pernah ada analisis yang menyeluruh mengapa peristiwa seperti itu bisa terjadi.

Tidak ada pemimpin negara yang terpanggil untuk mencari tahu duduk perkara dari musibah itu. Kematian dianggap sebagai sebuah statistika saja dan jumlah orang yang tewas karena menonton sepak bola hanya sekadar dilihat sebagai angka saja.

Padahal tidak boleh ada orang yang mati secara sia-sia karena menonton sepak bola. Semua orangtua mengizinkan anaknya datang ke stadion adalah untuk menikmati pertandingan. Tidak ada orangtua yang ingin menerima anaknya pulang dalam kondisi terbujur kaku.

Inggris pernah mengalami masa kelam seperti itu. Berbagai insiden berkaitan dengan perilaku para penonton sepak bola membuat banyak penonton menjadi korban. Mulai dari Tragedi Heysel pada tahun 1985 hingga Tragedi Hillsborough pada tahun 1989 merupakan masa kelam sepak bola Inggris.

Akibat Tragedi Heysel, Inggris bahkan pernah dikucilkan dari persepakbolaan Eropa. Klub-klub Inggris dilarang untuk tampil di kompetisi Liga Eropa, karena dianggap tidak mampu menjaga perilaku para pendukung sepak bolanya. Baru lima tahun kemudian, Inggris diperkenankan mengikuti lagi kompetisi di Eropa, setelah dinilai mampu membina para suporter sepak bola mereka.

Apa yang dilakukan Inggris ketika terjadi musibah seperti itu? Pemerintah Inggris membentuk tim khusus untuk melakukan penelitian yang mendalam. Ketika terjadi Tragedi Hillsborough dihasilkan apa yang disebut "Laporan Taylor".

Dari hasil kajian itu maka diketahui apa yang harus dilakukan Pemerintah Inggris untuk mencegah jatuhnya korban penonton. Berbagai rekomendasi diberikan seperti, misalnya larangan untuk mendirikan pagar antara penonton dan lapangan. Sebagai gantinya pada setiap pertandingan di Inggris harus ada petugas stadion yang berdiri menghadap penonton dan bertindak sebagai pagar hidup.

Pada setiap pertandingan, ada pemisahan antara penonton satu klub dengan klub yang lain. Apabila pertandingan dilangsungkan antara dua klub yang sama fanatik pendukungnya, maka barisan polisi ditempatkan di antara kedua kelompok penonton tersebut.

Pintu masuk bagi penonton dari masing-masing pendukung ditempatkan berjauhan. Bahkan pendukung satu tim akan ditempatkan terlebih dahulu di dalam stadion, sebelum pendukung lawannya diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Demikian pula ketika usai pertandingan, salah satu kelompok pendukung dilarang untuk keluar stadion sebelum pendukung lawannya selesai dipulangkan.

Polisi selalu bekerja sama dengan pengelola transportasi. Para pendukung satu kesebelasan diharuskan membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing begitu pertandingan usai. Para penonton dipaksa untuk segera naik ke dalam angkutan umum dan pulang agar kelompok penonton yang lain bisa kembali juga ke rumah mereka dengan selamat.

Begitu tugas dan cara kerja polisi dan pemerintah kota maupun pemerintah pusat di Inggris dalam menangani kerusuhan sepak bola. Mereka berpikir keras untuk mencari jalan pemecahan terbaik, karena tahu akan perannya bahwa negara tidak boleh membiarkan adanya orang yang mati sia-sia karena menyaksikan pertandingan sepak bola.

Pertanyaannya, apakah berbagai kejadian itu telah membuat pemerintah untuk bertindak. Kementerian Pemuda dan Olahraga duduk bersama Kementerian Dalam Negeri dan Kepolisian untuk membicarakan fenomena kerusuhan sepak bola yang menyebabkan penonton sampai mati?

Aneh jika berbagai tragedi yang terjadi tidak juga membuat para pejabat kita tergerak untuk memecahkan persoalan. Padahal para pemain sepak bola sendiri sangat terpukul bahwa ada penonton yang sampai meninggal untuk menyaksikan mereka tampil.

Sepak bola bukanlah ajang untuk melahirkan kesedihan. Sepak bola hadir untuk memberikan hiburan dan menginspirasi anak-anak muda agar mau giat berlatih apabila mau menjadi pemain bintang. Kalau kita tidak mampu melakukan itu, maka lebih baik sepak bola dilarang diselenggarakan di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar