BARU pekan lalu kita menyaksikan peristiwa yang mengenaskan ketika tiga
penonton sepak bola tewas saat hendak menyaksikan pertandingan antara
Persija Jakarta melawan Persib Bandung, musibah yang sama kembali
terjadi di Surabaya. Seorang penonton tewas ketika kemarin terjadi
kerusuhan pada pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Persija
Jakarta.
Dua musibah yang terjadi secara beruntun itu seharusnya
menghardik kesadaran kita akan ada yang keliru dalam sepak bola kita.
Bagaimana sepak bola yang seharusnya menjadi ajang hiburan, justru
menjadi ajang yang mematikan.
Kita tidak cukup hanya mengatakan
musibah itu sebagai sebuah kasus. Kematian penonton sepak bola bukan
baru terjadi dua kali ini saja. Sudah beberapa kali musibah seperti ini
terjadi, tetapi tidak pernah ada analisis yang menyeluruh mengapa
peristiwa seperti itu bisa terjadi.
Tidak ada pemimpin negara
yang terpanggil untuk mencari tahu duduk perkara dari musibah itu.
Kematian dianggap sebagai sebuah statistika saja dan jumlah orang yang
tewas karena menonton sepak bola hanya sekadar dilihat sebagai angka
saja.
Padahal tidak boleh ada orang yang mati secara sia-sia
karena menonton sepak bola. Semua orangtua mengizinkan anaknya datang ke
stadion adalah untuk menikmati pertandingan. Tidak ada orangtua yang
ingin menerima anaknya pulang dalam kondisi terbujur kaku.
Inggris
pernah mengalami masa kelam seperti itu. Berbagai insiden berkaitan
dengan perilaku para penonton sepak bola membuat banyak penonton menjadi
korban. Mulai dari Tragedi Heysel pada tahun 1985 hingga Tragedi
Hillsborough pada tahun 1989 merupakan masa kelam sepak bola Inggris.
Akibat
Tragedi Heysel, Inggris bahkan pernah dikucilkan dari persepakbolaan
Eropa. Klub-klub Inggris dilarang untuk tampil di kompetisi Liga Eropa,
karena dianggap tidak mampu menjaga perilaku para pendukung sepak
bolanya. Baru lima tahun kemudian, Inggris diperkenankan mengikuti lagi
kompetisi di Eropa, setelah dinilai mampu membina para suporter sepak
bola mereka.
Apa yang dilakukan Inggris ketika terjadi musibah
seperti itu? Pemerintah Inggris membentuk tim khusus untuk melakukan
penelitian yang mendalam. Ketika terjadi Tragedi Hillsborough dihasilkan
apa yang disebut "Laporan Taylor".
Dari hasil kajian itu maka
diketahui apa yang harus dilakukan Pemerintah Inggris untuk mencegah
jatuhnya korban penonton. Berbagai rekomendasi diberikan seperti,
misalnya larangan untuk mendirikan pagar antara penonton dan lapangan.
Sebagai gantinya pada setiap pertandingan di Inggris harus ada petugas
stadion yang berdiri menghadap penonton dan bertindak sebagai pagar
hidup.
Pada setiap pertandingan, ada pemisahan antara penonton
satu klub dengan klub yang lain. Apabila pertandingan dilangsungkan
antara dua klub yang sama fanatik pendukungnya, maka barisan polisi
ditempatkan di antara kedua kelompok penonton tersebut.
Pintu
masuk bagi penonton dari masing-masing pendukung ditempatkan berjauhan.
Bahkan pendukung satu tim akan ditempatkan terlebih dahulu di dalam
stadion, sebelum pendukung lawannya diperbolehkan masuk ke dalam
stadion. Demikian pula ketika usai pertandingan, salah satu kelompok
pendukung dilarang untuk keluar stadion sebelum pendukung lawannya
selesai dipulangkan.
Polisi selalu bekerja sama dengan pengelola
transportasi. Para pendukung satu kesebelasan diharuskan membubarkan
diri dan kembali ke rumah masing-masing begitu pertandingan usai. Para
penonton dipaksa untuk segera naik ke dalam angkutan umum dan pulang
agar kelompok penonton yang lain bisa kembali juga ke rumah mereka
dengan selamat.
Begitu tugas dan cara kerja polisi dan pemerintah
kota maupun pemerintah pusat di Inggris dalam menangani kerusuhan sepak
bola. Mereka berpikir keras untuk mencari jalan pemecahan terbaik,
karena tahu akan perannya bahwa negara tidak boleh membiarkan adanya
orang yang mati sia-sia karena menyaksikan pertandingan sepak bola.
Pertanyaannya,
apakah berbagai kejadian itu telah membuat pemerintah untuk bertindak.
Kementerian Pemuda dan Olahraga duduk bersama Kementerian Dalam Negeri
dan Kepolisian untuk membicarakan fenomena kerusuhan sepak bola yang
menyebabkan penonton sampai mati?
Aneh jika berbagai tragedi yang
terjadi tidak juga membuat para pejabat kita tergerak untuk memecahkan
persoalan. Padahal para pemain sepak bola sendiri sangat terpukul bahwa
ada penonton yang sampai meninggal untuk menyaksikan mereka tampil.
Sepak
bola bukanlah ajang untuk melahirkan kesedihan. Sepak bola hadir untuk
memberikan hiburan dan menginspirasi anak-anak muda agar mau giat
berlatih apabila mau menjadi pemain bintang. Kalau kita tidak mampu
melakukan itu, maka lebih baik sepak bola dilarang diselenggarakan di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar