Kurang dari sepekan pembukaan pesta olahraga bergengsi empat tahunan
antarnegara Eropa, Euro 2012 resmi dibuka, Ukraina masih dihantui oleh
isu rasisme. Dari catatan sejarah, negara ini memang cukup kental dengan
nuansa rasisme di dunia sepakbolanya.
Berbagai aksi demo dan insiden yang pernah terjadi membuktikan, rasa
benci terhadap orang asing masih tertanam pada diri sebagian warga
Ukraina, termasuk di kalangan anak mudanya.
Tengok saja kejadian pada 21 Januari 2007 silam. Saat itu, sejumlah
fans sepakbola Ukraina menggelar aksi unjuk rasa menuntut pembatasan
pemain asing yang boleh merumput di klub-klub sepakbola di Ukraina. Aksi
ini dilakukan di Kota Kiev.
Sebelumnya, memperingati May Day pada 1 Mei 2006, sejumlah anak muda
skinheads Ukraina turun ke jalan di kota Kiev untuk menunjukkan kepada
publik spirit nasionalisme dan rasa antiasing mereka.
Korban serangan antiasing pun bermunculan di negara ini. Satu di
antaranya adalah Victor Chikelu. Dia mahasiswa asing asal Nigeria di
sebuah perguruan tinggi di Kota Kiev.
Tuduhan masyarakat Ukraina benci terhadap orang asing semakin
mengemuka dengan munculnya dokumen asal Inggris menyebutkan telah
terjadi insiden pemukulan oleh warga Ukraina terhadap suporter sepakbola
berkulit gelap saat berlangsung pertandingan sepakbola liga domestik di
Ukraina. Insiden tersebut terjadi di salah satu kota penyelenggaraan
Euro 2012 di Ukraina.
Bersama Polandia, Ukraina menjadi tuan rumah penyelenggaraan Euro
2012. Ukraina mendapat kehormatan menjadi lokasi pertandingan babak
final. Euro 2012 yang berlangsung di Ukraina digelar di empat kota,
Kiev, Lviv, Kharkiv dan Donetsk. Stadion di Kiev, ibukota Ukraina yang
mampu menampung 70 ribu penonton, menjadi lokasi pertandingan partai
puncak Euro 2012.
Terkait dengan tuduhan rasis ini, beberapa hari lalu penyerang Timnas
Italia Mario Balotelli mengancam akan meninggalkan lapangan jika saja
saat dia turun bertanding ada aksi penonton yang bertindak rasis
terhadapnya selama gelaran Euro 2012. Balotelli sebelumnya memang telah
menjadi target serangan rasis di dalam dan luar lapangan di Eropa.
Balotelli menegaskan dirinya tidak akan membiarkan insiden semacam
itu terulang di Polandia dan Ukraina. Meski para pejabat UEFA berwenang
menghentikan pertandingan jika sampai terjadi tindak kekerasan atau
pelecehan terhadap pemain, Balotelli menegaskan dirinya akan menjadi
orang pertama yang bertindak.
Mantan pemain Timnas Inggris Sol Campbell sebelumnya juga mengimbau
suporter Inggris agar tidak datang Polandia dan Ukraina menyaksikan
Piala Eropa 2012 demi menghindari ancaman kekerasan dan rasisme.
Pejabat Ukraina sendiri tegas-tegas menyatakan ancaman rasisme tidak ada di Ukraina.
Direktur Piala Eropa 2012 Markian Lubkivsky mengaku kecewa dengan
munculnya himbauan yang dikemukakan Campbell saat berbicara di sebuh
program di BBC tersebut. Kekecewaan serupa juga disampaikan juru bicara
Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Voloshyn.
"Kami siap menggelar festival sepak bola yang hebat. Dari sudut
pandang UEFA (Asosiasi Persatuan Sepak Bola Eropa), saya tidak melihat
sesuatu yang berbahaya bagi warga yang berbeda kewarganegaraannya untuk
tinggal di Ukraina," tegas Markian Lubkivsky.(fin/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar