Selasa, 05 Juni 2012

Ukraina Terus Dihantui Isu Rasisme

Kurang dari sepekan pembukaan pesta olahraga bergengsi empat tahunan antarnegara Eropa, Euro 2012 resmi dibuka, Ukraina masih dihantui oleh isu rasisme. Dari catatan sejarah, negara ini memang cukup kental dengan nuansa rasisme di dunia sepakbolanya.
Berbagai aksi demo dan insiden yang pernah terjadi membuktikan, rasa benci terhadap orang asing masih tertanam pada diri sebagian warga Ukraina, termasuk di kalangan anak mudanya.
Tengok saja kejadian pada 21 Januari 2007 silam. Saat itu, sejumlah fans sepakbola Ukraina menggelar aksi unjuk rasa menuntut pembatasan pemain asing yang boleh merumput di klub-klub sepakbola di Ukraina. Aksi ini dilakukan di Kota Kiev.
Sebelumnya, memperingati May Day pada 1 Mei 2006, sejumlah anak muda skinheads Ukraina turun ke jalan di kota Kiev untuk menunjukkan kepada publik spirit nasionalisme dan rasa antiasing mereka.
Korban serangan antiasing pun bermunculan di negara ini. Satu di antaranya adalah Victor Chikelu. Dia mahasiswa asing asal Nigeria di sebuah perguruan tinggi di Kota Kiev.
Tuduhan masyarakat Ukraina benci terhadap orang asing semakin mengemuka dengan munculnya dokumen asal Inggris menyebutkan telah terjadi insiden pemukulan oleh warga Ukraina terhadap suporter sepakbola berkulit gelap saat berlangsung pertandingan sepakbola liga domestik di Ukraina. Insiden tersebut terjadi di salah satu kota penyelenggaraan Euro 2012 di Ukraina.
Bersama Polandia, Ukraina menjadi tuan rumah penyelenggaraan Euro 2012. Ukraina mendapat kehormatan menjadi lokasi pertandingan babak final. Euro 2012 yang berlangsung di Ukraina digelar di empat kota, Kiev, Lviv, Kharkiv dan Donetsk. Stadion di Kiev, ibukota Ukraina yang mampu menampung 70 ribu penonton, menjadi lokasi pertandingan partai puncak Euro 2012.
Terkait dengan tuduhan rasis ini, beberapa hari lalu penyerang Timnas Italia Mario Balotelli mengancam akan meninggalkan lapangan jika saja saat dia turun bertanding ada aksi penonton yang bertindak rasis terhadapnya selama gelaran Euro 2012. Balotelli sebelumnya memang telah menjadi target serangan rasis di dalam dan luar lapangan di Eropa.
Balotelli menegaskan dirinya tidak akan membiarkan insiden semacam itu terulang di Polandia dan Ukraina. Meski para pejabat UEFA berwenang menghentikan pertandingan jika sampai terjadi tindak kekerasan atau pelecehan terhadap pemain, Balotelli menegaskan dirinya akan menjadi orang pertama yang bertindak.
Mantan pemain Timnas Inggris Sol Campbell sebelumnya juga mengimbau suporter Inggris agar tidak datang Polandia dan Ukraina menyaksikan Piala Eropa 2012 demi menghindari ancaman kekerasan dan rasisme.
Pejabat Ukraina sendiri tegas-tegas menyatakan ancaman rasisme tidak ada di Ukraina.
Direktur Piala Eropa 2012 Markian Lubkivsky mengaku kecewa dengan munculnya himbauan yang dikemukakan Campbell saat berbicara di sebuh program di BBC tersebut. Kekecewaan serupa juga disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Voloshyn.
"Kami siap menggelar festival sepak bola yang hebat. Dari sudut pandang UEFA (Asosiasi Persatuan Sepak Bola Eropa), saya tidak melihat sesuatu yang berbahaya bagi warga yang berbeda kewarganegaraannya untuk tinggal di Ukraina," tegas Markian Lubkivsky.(fin/ap)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar