Rabu, 06 Juni 2012

Wanita Bayaran dan Pria Pesuruh


Setelah 15 menit berputar-putar keliling komplek perumahan, akhirnya pria itu berhasil menemukan alamat yang dia cari.
“permisi….” teriaknya keras dari balik pagar besi yang tingginya melebihi badannya.
tanpa perlu mengulang teriakannya, terlihat seorang wanita berlari kecil kearahnya untuk membukakan pintu pagar.
“mbak.. , saya tadi disuruh kesini sama pak Santoso buat mbetulin sofa kulitnya” si pria langsung menjelaskan maksud kedatangannya
“o.. iya mas, silahkan masuk, tadi bapak sudah pesen sama saya juga” mereka berdua melewati halaman beriringan.
Wanita itu menunjuk sebuah sofa yang diletakkan di pojokan ruangan, tanpa menunggu lama pria itu langsung membongkar peralatan di dalam tasnya dan langsung mengoperasi sofa itu.
“untung rusaknya ndak parah mbak, kalau parah terpaksa diangkut kerumah saya” sambil terus membongkar kulit sofa, pria itu berbicara.
“iya mas..” sahut wanita singkat.
Si pria melirik sesaat, dilihatnya wanita itu sedang berdiri menghadap tembok sembari melihat kalender.
“mau pulang kampung ya mbak ? kok dari tadi ngliatin kalender?” pertanyaan pria itu memecah keheningan
“enggak mas, ini saya lagi ngitung tanggal bayaran” sedikit tersipu wanita itu menjawabnya
“sudah tanggal 2 gini kok saya belum terima gaji, padahal lagi butuh” wanita itu menyambung lagi tetap dengan wajah tersipunya
“waduh.. jangan-jangan nanti saya ndak dibayar kalau sofanya sudah selesai ?” si pria jadi khawatir mendengar perkataan wanita itu
“Tenang mas, uangnya sudah Bapak titipin kok di saya, mas pasti dibayar” wanita itu tertawa kecil melihat kekhawatiran pria tadi
“saya ini sudah lama mas kerja disini, sampai sudah dianggap keluarga sendiri, Tapi ya itu.. tanggal bayaran saya juga jadi tanggal keluarga, terserah dan seingat Bapak” nafas wanita itu terdengar terhembus keras.. tanda dia sedikit kecewa
“walau terlambat tapi tetap terima tho mbak ? walaupun tanggalnya ndak tentu. Lha saya ini ? kalau ndak ada permintaan dari orang, keluarga saya ndak makan mbak.., kadang-kadang malah ada yang mbayarnya kurang dan kalau saya tagih pura-pura lupa “masih dengan senyum dan tangannya terus bekerja si pria menanggapi keluhan wanita itu
Beberapa saat mereka terdiam, si wanita hanya mencermati pekerjaan si pria, untuk meyakinkan hasilnya bagus, sementara jari jemari si pria terus bergerak menjahit kulit-kulit sofa itu dengan rapi.
“selesai mbak.., silahkan di cek, biayanya Rp. 125.000″ akhirnya selesai juga sofa itu diperbaiki
“sudah mas, menurut saya sudah bagus, tapi nanti kalau Bapak nggak puas biar mas ditelpon sendiri ya sama Bapak” wanita itu menyodorkan sejumlah uang kepada si pria
Pintu pagar depan sudah dibuka oleh wanita itu, dan setelah berpamitan kembali pagar tertutup rapat sama seperti saat pria itu belum datang.
Dari celah Gerendel pagar, wanita itu melihat  pria itu melenggang pergi .. dan pikirnya …
ya… aku harus bersyukur.., setidaknya setiap bulan aku bisa mendapat gaji untuk keluarga ku di kampung, tidak seperti pria pesuruh tadi.., harus menunggu permintaan orang baru dapat uang. lagian terlambatnya nggak sampai 1 bulan kok
senyumnya mengembang ..
Sementara itu di seberang jalan.., pria itu menengok kebelakang, dilihatnya pintu pagar tadi sudah rapat tertutup, di liriknya lipatan uang di saku kemejanya sambil berucap dalam hati..
Terima kasih Tuhan.., ada permintaan servis hari ini, aku bisa beli susu dan beras buat anakku, semoga nanti ada yang telpon lagi, entah untuk mbetulin pipa bocor, genteng bocor.. atau apalah.. yang penting aku dapat uang buat menghidupi keluargaku. kira-kira, mbaknya tadi bayaran kapan ya ?? kasian nasib wanita bayaran yang telat dibayar seperti dia…
Senyumnya juga mengembang ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar