Selasa, 05 Juni 2012

Nyawa Suporter Kembali Melayang

Sepak bola Indonesia kembali berduka. Hanya berselang sepekan setelah tiga orang tewas akibat pengeroyokan dalam lanjutan laga Liga Super Indonesia yang mempertemukan Persija Jakarta vs Persib Bandung, kini giliran nyawa suporter Persebaya 1927 yang harus melayang saat menyaksikan timnya bertarung melawan Persija dalam lanjutan Indonesian Premier League (IPL) 2011-12, Minggu, 3 Juni 2012. Purwo Adi Utomo tewas saat kerusuhan meletus di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur.
Yudianto tidak pernah menyangka anaknya akan menjadi korban dalam kerusuhan sepak bola. Sebab, selama ini Purwo, yang dikenal sebagai sosok periang, tidak pernah menyaksikan langsung pertandingan Persebaya di stadion. Laga Persebaya 1927 vs Persija merupakan kali pertama dan terakhir bagi putra semata wayang pasangan Yudianto dan Susilowati itu melihat langsung Bajul Ijo bertarung di lapangan.
"Selama ini dia tidak pernah menyaksikan langsung ke stadion. Karena itu, saya juga heran kok sampai ada keinginan menyaksikan langsung,” ucap Yudianto usai pemakaman sang anak siang tadi.
Menurut Yudianto, Purwo tidak pamit saat hendak berangkat ke Stadion Tambaksari, Minggu lalu. Yudianto yang sehari-hari bekerja sebagai sopir antar jemput anak sekolah itu baru mengetahui kalau anaknya sedang menyaksikan duel Persebaya vs Persija saat menerima jawaban pesan pendek dari Purwo. ”Saat itu saya menanyakan posisinya di mana, karena sejak siang tidak pulang,” beber Yudianto.
Mengetahui anaknya sedang berada di pinggir lapangan, Yudianto pun langsung menyalakan televisi. Hatinya mulai resah saat melihat tuan rumah tertinggal 0-2 dari hingga menit ke-75. Saat itu, botol air mineral sudah berterbangan ke tengah lapangan. Perasaan khawatir semakin terasa saat pesan pendek yang dikirim tak lagi di balas oleh Purwo.  Saat coba dihubungi, telepon Purwo juga sudah tidak aktif.
"Sekitar jam enam, saya dapat SMS melalui handphone milik Tomy yang dikirim oleh perawat yang mengatakan agar saya segera ke rumah sakit,” ucap Yudianto dengan raut wajah sedih.
Bersama saudaranya, Yudianto bergegas ke RSUD dr Soetomo. Namun setibanya di sana, Yudianto mendapati anak semata wayangnya tersebut sudah terbujur kaku. ”Saya tidak tahu hasil pemeriksaan atau visum. Namun yang saya lihat, tubuh anak saya lebam,” katanya. Yudianto mengaku pasrah dengan kejadian ini. Tidak ada pikiran untuk menuntut pihak manapun atas kematian satu-satunya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar