Di balik penolakan terhadap rencana penertiban rumah negara (rumah
dinas) yang akan dilakukan Danlantamal III-TNI AL di kompleks TNI AL
Radio Dalam, Kelurahan Gandaria Utara, Kecamatan Kebayoran Jakarta
Selatan, ada kisah haru yang diceritakan seorang warga.
“Tiga puluh tahun lebih saya menempati rumah di kompleks ini. Saat masih
pakai bilik (gedek) sampai ke tembok seperti sekarang. Ayah saya pergi
berperang dan kami menjaga rumah ini," jelas Ibu D (nama jelas
disamarkan), kepada Gatranews, Senin (6/6).
Ibu D
menilai, penolakan warga terhadap rencana penertiban rumah ini bukan
soal berapa ganti rugi yang cocok untuk dibayarkan, melainkan soal nilai
sejarah rumah ini.
“Bukan Rp 50 juta yang saya soal, tetapi
nilai sejarahnya. Di rumah masih ada piagam penghargaan ayah, bintang
penghargaan. Dan saat ayah meninggal dimakamkan di TMP Kalibata. Masa
negara menghargai jasa ayah seperti ini? Ada nilai sejarah yang saya
perjuangkan di sini," ungkap Ibu D.
Mengenai rumah-rumah lainnya,
Ibu D menjelaskan bahwa satu rumah tidak hanya dihuni oleh satu
keluarga, melainkan bisa beberapa keluarga. “Masa mereka di usir juga,
uang penggnti Rp 50 juta itu mampu melengkapi apa?" tegasnya.
Sebagaimana
diberitakan, Senin (6/6), Danlantamal III-TNI AL akan menertibkan rumah
negara TNI AL di kelurahan Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Berdasarkan keterangan warga, sebanyak 10 truk tronton disiapkan untuk
eksekusi tersebut. Namun demikian, warga tetap mengupayakan dialog
persuasif, guna mencari solusi dari masalah ini. [WFz]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar