Nyawa Widiyo Utomo ikut melayang dalam tragedi kecelakaan pesawat
McDonnell Douglas MD-83 milik maskapai Dana Air di Kota Lagos, Nigeria,
Minggu 3 Juni 2012. Pesawat nahas itu jatuh dan menghantam sejumlah
bangunan di kawasan padat penduduk. Total, lebih dari 150 orang,
termasuk 147 yang ada di dalam pesawat, tewas.
Kabar kecelakaan
di Bumi Afrika itu bagai petir di siang bolong bagi ibu korban, Eni
Sukarni. Kabar kematian putranya di usia 38 tahun itu membuat hatinya
luka.
Firasat buruk sejatinya sudah dirasakan Sang Ibu, saat
pesawat Sukhoi Superjet-100 menabrak tebing Gunung Salak, Rabu 9 Mei
2012 lalu. "Saya mempunyai firasat kurang baik setelah tragedi pesawat
Sukhoi Superjet 100," ungkapnya kepada VIVAnews saat ditemui di
kediamannya yang terletak di Kampung Salabenda, Desa Parakan Jaya,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Eni mengatakan,
tragedi pesawat buatan Rusia itu bagai menghantui dirinya. "Saya selalu
berdoa untuk keselamatan anak saya," kata dia, dengan mata berkaca.
Perempuan
paro baya itu masih ingat jelas pertemuan terakhirnya dengan putra
kebanggaannya itu. Hari itu, Minggu 6 Mei 2012, saat Widiyo berangkat ke
Nigeria. Eni memeluk anaknya erat-erat, sesuatu yang tak pernah ia
lakukan sebelumnya. "Aneh saya memeluknya sangat lama sekali," kata dia.
Sementara
itu, Wardjijanto, ayah korban mengatakan, pihaknya hanya berharap
jenazah anaknya cepat pulang. "Kami berharap KBRI agar secepatnya
membawa jenazah anak kami,"kata dia.
Pesawat nahas di Nigeria
melayani rute Ibukota Abuja menuju Lagos. Pesawat itu jatuh di distrik
Iju, yang terletak di sebelah utara bandara.
"Kami mendengar
ledakan besar, sempat dikira berasal dari tabung gas," kata seorang
saksi mata bernama Timothy Akinyela kepada Reuters. "Kemudian disusul
ledakan-ledakan berikut, dan orang-orang berlarian ke luar bangunan,"
lanjut Akinyela, seorang jurnalis yang saat itu berada di kedai minum
dekat lokasi jatuhnya pesawat.
Jatuhnya pesawat diikuti
kebakaran dahsyat. Namun petugas pemadam kesulitan mencapai lokasi
lantaran sudah dikerumuni banyak orang.
Pemadaman dan evakuasi
korban berlangsung ricuh. Petugas keamanan terpaksa membubarkan massa
dengan cara kekerasan dan dibalas dengan lemparan batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar